Ulama ditanya tidak mau jawab, apa guna ilmunya!

Dikisahkan bahwa ada tiga orang murid yang sering berguru kepada seorang ulama’ yang bernama Abdurrahman bin Hurmuz. Ketiga murid itu bernama:

  1. Malik bin Anas
  2. Abdul Aziz bin Abi Salamah,
  3. Muhammad bin Ibrahim bin Dinar

Sering sekali bila Muhammad bin Ibrahim bin Dinar bertanya kepada sang guru, ia merasa dicuekin, pertanyaannya diabaikan dan tidak dijawab.

Namun bila yang bertanya adalah Malik bin Anas dan Abdul Aziz bin Salamah, maka sang guru dengan senang hati menjawab pertanyaan keduanya.

Kondisi ini berlangsung beberapa waktu lamanya, sehingga Muhammad bin Ibrahim bin Dinar merasa penasaran, ada apa gerangan dengan gurunya, pilih kasih dalam merespon pertanyaan murid muridnya.

Muhammad bin Ibrahim bin Dinar, berusaha mencari tahu, sehingga ia mencari kesempatan yang tepat untuk menanyakan sikap sang guru,

Ketika ia berhasil mendapatkan kesempatan itu, segera ia bertanya perihal sikap sang gurunya: Wahai Abu Bakar (pangilan sang guru), mengapa engkau melakukan suatu hal kepadaku yang tidak sepatutnya engkau lakukan ?

Sang guru segera menjawab: Wahai putra saudaraku, apakah yang telah aku lakukan kepadamu?

Sang murid menjawab: Bila Malik dan Abdul Aziz bertanya kepdamu, engkau segera menjawab pertanyaan mereka. Sedang bila aku dan kawan kawanku yang bertanya, engkau tidak menjawab pertanyaan kami.

Sang guru balik bertanya: apakah sikapku ini telah melukai perasaanmu, wahai putra saudaraku?

Spontan sang murid menjawab: betul sekali.

Kemudian sang guru memberikan penjelasan: Sesungguhnya aku telah berusia lanjut, tulang belulangku telah melemah, dan aku kawatir kalau kalau akal pikiranku juga bernasib sama dengan badanku. Sedangkan Malik dan Abdul Aziz adalah dua orang yang luas ilmunya lagi tajam pemahamannya, sehingga bila keduanya mendengar dariku suatu kebenaran, maka mereka berdua menerimanya, namun bila keduanya mendengar kesalahan dariku, maka keduanya bisa mengetahuinya dan meninggalkannya, sedangkan engkau dan kawan kawanmu, APAPUN JAWABANKU, KALIAN SERTA MERTA MENERIMA JAWABANKU SEUTUHNYA. (Tartibul Madarik oleh Al Qadhi ‘Iyadh 3/20 )

Salah seorang .ulama’ mengomentari sikap Abdurrahman bin Hurmuz ini dengan berkata:

هَذَا وَاَللَّهِ الدِّينُ الْكَامِلُ، وَالْعَقْلُ الرَّاجِحُ، لَا كَمَنْ يَأْتِي بِالْهَذَيَانِ، وَيُرِيدُ أَنْ يَنْزِلَ قَوْلُهُ مِنْ القلوب مَنْزِلَةَ الْقُرْآنِ،

Sungguh demi Allah, sikap beliau ini membuktikan kesempurnaan agama dan kejernihan akal pikiran beliau. Berbeda dari orang yang asal bunyi (berbicara ngelantur) namun ingin agar masyarakat memperlakukan ucapannya bagaikan Al Qur’an (diterima tanpa boleh dikritisi). I’ilamul Muwaqi’in 2/188-189)

Semoga menyegarkan siang anda, dan menjadikan saya dan juga anda sekalian pandai bercermin alias tahu diri.

 

Status Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri حفظه الله تعالى

Diterbitkan 11 Juni 2020

Link: https://www.facebook.com

Topics: