Tidak bisa seperti itu, sebab ilmu adalah amanah

Saat melakukan safar, sebagian orang cenderung menuliskan perjalanannya dalam sebuah jurnal. Entah sekedar menjadikannya sebagai kenangan atau merekam berbagai faidah yang telah didapat agar bisa dibagikan nantinya. Hal serupa dilakukan oleh Syaikh Abu Abdirrohman bin ‘Uqoil Adh-Dhohiri rohimahulloh.

Pada tahun 1411 H, atau lebih tepatnya di bulan Syawwal, beliau memiliki keinginan untuk berkunjung ke kota Madinah An-Nabawiyah. Hotel Darussalam yang terletak di sebelah timur masjid Nabawi menjadi tempat menginap selama berada di kota mulia tersebut.

Terdapat banyak kisah unik yang beliau tuliskan dalam sebuah jurnal kecil, salah satunya adalah kisah perjumpaan beliau dengan seorang Muqri’ fenomenal yang bernama Syaikh Ahmad Abdul Aziz Az-Zayyat rohimahulloh.

“Saat itu, aku berkeinginan untuk talaqqi kepada Syaikh Az-Zayyat” tulis ulama ahli fiqih ini mengisahkan kunjungan beliau ke tempat Syaikh Az-Zayyat yang berada di percetakan mushaf Malik Fahd Madinah.

“Pada waktu yang singkat ini, aku berharap untuk bisa mewarisi sanad Al-Quran darinya” lanjut beliau menceritakan keinginannya saat itu.

Ya, waktu yang beliau harapkan untuk bisa talaqqi seluruh Al-Quran saat itu memang cukup singkat, hanya satu minggu.

Mengetahui keinginan lelaki dihadapannya, Syaikh Az-Zayyat tak ingin melukai perasaannya dengan menolak secara langsung. Beliau hanya berkata:

“Tetaplah datang kesini, insyaAllah ada kebaikan di dalamnya”

Namun jawaban tersebut tak membuat Syaikh Abu Abdirrohman merasa puas, beliau justru berulang kali terus meminta untuk bisa talaqqi. Bahkan saat itu beliau meminta salah seorang ahli Al-Quran yang bernama Syaikh Sibawaih untuk ikut membujuk Syaikh Az-Zayyat.

Mendapatkan desakan dan permohonan yang berulang kali, akhirnya Syaikh Az-Zayyat terpaksa menegur dengan suara yang cukup lantang dan logat khas Mesir yang sukses membuat Syaikh Abu Abdirrohman tertegun:

ما ينفعش يابني، دا العلم أمانة

“Tidak bisa begitu, sebab ilmu adalah amanah!”

Menyadari bahwa ucapannya telah cukup membuat kaget seorang ahli fiqih, Syaikh Az-Zayyat pun kembali menunjukkan sikap lemah lembut sekaligus mengatakan bahwa beliau mungkin akan menyediakan waktu untuknya dengan syarat Syaikh Abu Abdirrohman mau menyempatkan waktu khusus selama beberapa bulan dalam beberapa tahun kedepan untuk talaqqi.

Mendengar ucapan tersebut, Syaikh Abu Abdirrohman pun merasa amat senang. Barulah nantinya beliau sadar bahwa kemampuannya dalam membaca Al-Quran saat itu tak jauh berbeda dari bacaan orang awam yang tak begitu memahami tajwid maupun makhorijul huruf.

———————————————–
Beberapa faidah yang bisa kita petik dari kisah singkat diatas:

– Mendapatkan sanad Al-Quran tak semudah membalik telapak tangan. Butuh perjuangan diringi kesabaran sekaligus tekad yang kuat dalam menjalani prosesnya.

– Sanad Al-Quran merupakan sebuah amanah yang berat. Oleh sebab itu, ia hanya diberikan kepada murid yang telah dipastikan kapasitasnya dalam membaca Al-Quran dan memahami tajwid dengan baik. Sebab sanad Al-Qur’an mengandung sebuah pernyataan dari seorang guru bahwa muridnya telah menguasai Al-Quran dengan baik. Maka dari itu jika seorang guru asal-asalan dalam memberikan sanadnya, itu berarti ia telah menyia-nyiakan amanah.

Wallahu a’lam.

Referensi:

Al-Hiba min Al-‘Aibah, Abu Abdirrohman bin ‘Uqoil Adh-Dhohiri

 

Status Ustadz Afit Iqwanuddin,A.,md.,Lc

Diterbitkan 1 September 2020

Link : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3471025802917812&id=100000312782626

Topics: