Saya rasa sebagian besar kaum muslimin mengenal karya fenomenal dari Imam Abul Fida Ibnu Katsir rohimahulloh. Sebuah kitab tafsir yg menggabungkan dua bidang studi sekaligus, Diroyah & Riwayah.
Kitab yg nantinya kita kenal dengan nama Tafsir Ibnu Katsir ini telah menuai begitu banyak pujian dari para ulama. Sebut saja Imam Asy Syaukani rohimahulloh. Beliau berpandangan bahwa minimal tafsir tersebut masuk kedalam jajaran tafsir terbaik jika memang tidak dilantik sebagai tafsir nomor satu.
Hal tersebut juga diamini oleh Syaikh Ahmad Syakir rohimahulloh, beliau ungkapkan bahwa kitab ini menempati posisi kedua setelah Tafsir Ath Thobari. Dan masih banyak lagi pujian yg bertebaran atas buah karya Ibnu Katsir tersebut.
Pada postingan kali ini, kami ingin sedikit mengulas Qiroat yg digunakan oleh Ibnu Katsir sebagai acuan pertama dalam penulisan tafsirnya tersebut.
Sebagaimana sudah maklum, sang pengarang kerap menggali makna berbagai qiroat yg ada saat tengah menafsirkan suatu ayat. Dari sini muncullah sebuah pertanyaan yg cukup menggelitik pikiran, sebenarnya Qiroat apa yg digunakan Ibnu Katsir dalam tafsirnya?
Sebagian orang mungkin menjawab Riwayat Hafs, dengan dalih bahwa berbagai cetakan yg tersebar di maktabah-maktabah saat ini menuliskan ayat Al-Quran dengan riwayat Hafs.
Awalnya kami pun berfikir demikian, hingga suatu ketika saat menelaah tafsir beliau ini, didapati bahwa gaya penulisan yg ada justru mengatakan sebaliknya.
Mari kita lihat beberapa contohnya secara langsung:
Pertama, pada ayat:
{مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ} [آل عمران : 79]
Saat menafsirkan lafadz
بما كنتم تعلمون الكتاب،
Beliau menggunakan lafadz (تَعْلَمُون) yg merupakan Qiroat Nafi’, Ibnu Katsir & Abu ‘Amr. Barulah setelah itu beliau menjelaskan bahwa ada sebagian qiroat yg membacanya dengan (تُعَلِّمُونَ). Dan tentunya riwayat Hafs salah satunya.
Kedua:
{وَقَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلِلَّهِ الْمَكْرُ جَمِيعًا ۖ يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ ۗ وَسَيَعْلَمُ الْكُفَّـٰرُ لِمَنْ عُقْبَى الدَّارِ} [الرعد : 42]
Saat membahas lafadz (الكفار), beliau menyebutkannya dalam bentuk ifrod (الكٰفِرُ) yg lagi-lagi merupakan Qiroat Nafi’, Ibnu Katsir & Abu ‘Amr. Barulah sejurus kemudian beliau menyebutkan bahwa ada qiroat yg membacanya dalam bentuk jamak (الْكُفَّـٰرُ).
Sampai disini kita mungkin bertanya-tanya, dari ketiga Qiroat diatas (Nafi’, Ibnu Katsir & Abu ‘Amr), manakah yg digunakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya?.
Jangan dulu terburu-buru menyimpulkan, mari kita lihat contoh ketiga:
{مِّمَّا خَطِيئَـٰتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ أَنصَارًا} [نوح : 25]
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menggunakan lafadz (خَطَىٰيَىٰهُم), bukan lafadz (خَطِيئَـٰتِهِمْ). Dan satu-satunya Qiroat yg membaca dengan (خَطَىٰيَىٰهُم) adalah Abu ‘Amr Al Bashri rohimahulloh.
Berangkat dari fakta diatas, para masyayikh kemudian mengambil kesimpulan bahwa tafsir Ibnu Katsir dibangun diatas Qiroat Abu’ Amr, barulah ditengah penafsiran, sang muallif menyebutkan berbagai Qiroat lain beserta makna yg terkandung di dalamnya.
Sejujurnya masih terdapat fakta lain yg menguatkan hal diatas, begitu juga alasan para penerbit menggunakan riwayat Hafs saat mencetak tafsir Ibnu Katsir. Namun saya rasa tulisan ini sudah terlalu panjang dan khawatir muncul rasa bosan bagi pembacanya. Oleh sebab itu kami cukupkan sampai disini. Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam.
===========
Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir
Hujjah Al-Qiroat, Ibnu Zanjalah
At Tafasir Al Mukhtashoroh, Muhammad bin Rasyid Al Barokah
Status Ustadz Afit Iqwanuddin,A.md.,Lc
Diterbitkan 13 Maret 2020
Link : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3012891258731271&id=100000312782626