Ini penting untuk lebih memahami hakikat #Tauhid. Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan (dalam Syarh al-Arba’iin an-Nawawiyyah beliau):
Pada perkara-perkara Kauniyyah (yang terkait kehendak Allah yang terjadi di alam semesta ini), maka tidak dibenarkan menyandingkan Allah dan Rasul-Nya dengan kata sambung وَ (wa = DAN).
Sebagai contoh:
Jika seseorang bertanya: “Apakah (pasti) besok akan turun hujan?”, lantas dijawab: “Allaahu wa Rasuuluhu A’lam (Allah DAN Rasul-Nya yang lebih tahu)”, maka ini SALAH.
Sebab Rasul tidak tahu akan hal tersebut (hanya Allah yang tahu terkait kepastian apa yang akan terjadi esok hari).
Namun pada perkara-perkara Syar’iyyah (yang menyangkut syariat agama), maka boleh menyandingkan Allah dan Rasul-Nya dengan kata sambung وَ (wa = DAN).
Sebagai contoh:
Jika seseorang bertanya: “Ini hukumnya apa? Halal atau haram?”. Maka boleh dijawab: “Allaahu wa Rasuuluhu A’lam (Allah DAN Rasul-Nya yang lebih tahu)”.
Sebab hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah pada hakikatnya itu hukum Allah juga, bersumber dari-Nya. “Siapa yang taat pada Rasul, maka sejatinya dia telah taat pada Allah” – QS. An-Nisaa: 80.
Ditulis Ustadz Johan Saputra Halim حفظه الله تعالى.
Diterbitkan Rabu, 30 Desember 2020