Pembalap reli dakar, berlatih mengendarai mobil selama bertahun tahun hingga mahir bahkan profesional, lalu mendapat sponsor, menggunakan kendaraan khusus, didukung oleh team yang prefesional pula.
Dan tatkala ada perlombaan, maka sang pembalap pasti didukung oleh sponsor, team profesional yang jarang disorot kamera, dan ujung ujungnya duet.
Sang sponsor malah sering kali sengaja membuatkan event agar mereka bisa unjuk kebolehannya.
Menang atau kalah dapat uang, sponsor juga demikian, demi mengeruk keuntungan dengan cara mengeksploitasi para penonton dan masyarakat luas, agar membeli produknya.
Karena itu, bila anda melihat seorang profesional di suatu bidang, bermanufer unjuk gigi kebolehannya di depan khalayak, maka jangan hanya menjadi penonton yang pandai bersorak kagum.
Coba anda amati dan sadari bahwa di balik unjuk gigi kebolehannya, bisa jadi itu karena pesan pesan sponsor dan didukung oleh seperangkat team profesional yang bekerja dengan sungguh sungguh, mempersiapkan dan mengkondisikan atraksinya dan peralatan yang memadai, dan ujung ujungnya untuk cari duet.
Bahkan patut anda sadari pupa bahwa event tersebut sengaja diinisiasi oleh para sponsor.
Penonton kurang kritis, sering kali menjadi korbannya, segera membeli kendaraan, oli, ban, helem atau produk yang semerek dengan yang digunakan oleh pembalap.
Padahal, sepatutnya penonton bertanya: benarkah yang ia beli sama dengan yang digunakan oleh sang pembalap atau sang profesional?
Mungkinkah sang profesional sudi melakukan atraksinya tanpa dukungan team, dan peralatan yang telah didesain khusus agar dapat mendukung atraksinya?
Adapun pembalap liar, sering kali hanya berbekalkan inspirasi yang ia dapat dari sang pembalap profesional ketika nonton balapan, tanpa persiapan dan dukungan team serta peralatan yang semestinya, akhirnya ia menjadi korban.
Kalaupun tidak cukup nyali untuk meniru atraksinya, maka minimal ia menjadi “konsumen” produk sponsor yang merek dagangnya digunakan oleh sang profesional.
Dalam banyak kesempatan, atraksi profesional dilengkapi dengan warning: “Jangan ditiru, adegan berbahaya, hanya dilakukan oleh profesional.
Namun bila atraksi atraksi profesional itu diiringi niat niat eksploitasi, maka peringatan ini bisa saja sengaja tidak disampaikan.
Kondisi ini berlaku dalam semua urusan, karena itu nenek moyang wong jowo berpetuah:
Dadi menungso iku Ojo gumunan, ojo kagetan, alias jangan mudah terpukau, jangan gampang terkejut.
Sikap mudah terkejut dan mudah terpukau seringkali menjerumuskan anda pada pikiran, dan tindakan yang tidak terkendali.
Ditulis oleh Ustadz : Dr Muhammad Arifin Badri
Diterbitkan pada : 31 okt 2021
Sumber : https://www.facebook.com/DrMuhammadArifinBadri/posts/444300313723371