Fulan Al Jakarti (Fulan orang Jakarta), Alan Al Jugjawi (Alan orang Jogja), Zaid Al Maidani (Zaid orang Medan). Ini contoh penisbatan seseorang kepada daerahnya.
Kapan seseorang berhak menisbatkan diri kepada suatu daerah?
Ibnu Katsir menjelaskan :
فمن كان من قرية فله الانتساب إليها بعينها، وإلى مدينتها إن شاء، أو إقليمها
“Seseorang yang berasal (lahir) dari suatu daerah, berhak dinisbatkan kepada nama daerah tersebut secara spesifik. Atau kepada nama kotanya, jika ia mau. Atau kepada nama provinsinya”
ومن كان من بلدة ثم انتقل منها إلى غيرها فله الانتساب إلى أيهما شاء، والأحسن أن يذكرهما، فيقول مثلاً: الشامي ثم العراقي، أو الدمشقي ثم المصري، ونحو ذلك.
“Namun seseorang yang tinggal di suatu daerah, lalu ia pindah ke daerah lain, maka ia boleh dinisbatkan kepada daerah yang mana saja. Namun yang lebih utama, disebutkan keduanya. Contohnya: Fulan Asy Syami tsumma Al Iraqi (Fulan orang Syam kemudian orang Irak), atau contoh lain: Fulan Ad Dimasyqi tsumma Al Mishri (Fulan orang Damaskus kemudian orang Mesir), atau semisal itu”.
وقال بعضهم: إنما يسوغ الانتساب إلى البلد إذا قام فيه أربع سنين فأكثر، وفي هذا نظر
“Sebagian ulama mengatakan: seseorang berhak dinisbatkan kepada suatu negeri jika ia tinggal menetap di sana selama 4 tahun atau lebih. Namun pendapat ini perlu dikritisi”.
(Al Ba’itsul Hatsits, hal. 248).
Adapun istilah Syami, Iraqi, Bukhari, Dimasyqi, Makki, Madini, Jugjawi, Bughuri, Jakarti, Makassari, Maidani, dll ini adalah isim nisbah. Jika ingin tahu bagaimana membentuk isim nisbah silakan cek lagi buku nahwu-sharafnya.
Semoga bermanfaat.`
Status Ustadz Yulian Purnama حفظه الله تعالى.
Diterbitkan Senin, 7 September 2020