Al-Imam asy-Syafi’i mengatakan,

العَاقِلُ مَنْ عَقَلَهُ عَقْلُهُ عَنْ كُلِّ مَذْمُوْمٍ

“Orang yang berakal adalah orang yang akalnya mengikat dan menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang tercela” [Siyar A’lam an-Nubala’ 10/98].

Akal itu berasal dari bahasa Arab “iqal” yang bermakna tali pengikat.

Akal disebut akal karena akal itu mengikat dan menghalangi manusia untuk melakukan keburukan, dosa di akhirat atau rasa malu di dunia.

Maksiat itu terjadi dikarenakan mendahulukan enak, senang dan nikmat dibandingkan pertimbangan akal sehat.

Seorang itu terjerumus ke dalam dosa zina karena berprinsip yang penting senang dan enak meski berbuah dosa di akhirat dan aib, rasa malu serta kehilangan nama baik di dunia.

Akal itu berbeda dengan kecerdasan. Ada orang yang cerdas namun tidak berakal. Ada juga orang yang berakal namun kecerdasannya biasa-biasa saja.

Akal itu mengandung unsur:

  • Berpikir jauh ke depan.
  • Menimbang dampak positif atau negatif suatu tindakan.
  • Memperhatikan berbagai aspek dan kemungkinan.

 

Status Ustadz Aris Munandar, SS, MPI حفظه الله تعالى.

Diterbitkan Rabu, 18 November 2020

Link:https://www.facebook.com/113425948700379/posts/3575603135815959/?app=fbl

Topics: