*Pesan Mendalam Syaikh Prof. Sindi dalam Sambutannya*
————————–
التعب وتجشم المجيء إلى هذه البلاد الطيبة انتهى بمجرد رؤيا هذه الوجوه النيرة
_”Lelah dan letih yang menyakitkan selama perjalanan menuju negeri yang baik ini, tiba-tiba hilang begitu saja, saat (kami) melihat wajah-wajah yang bercahaya ini….”_
Demikian sepenggal kalimat pembuka yang diucapkan Syaikh Prof. Dr. Sholih Sindi dalam kalimat sambutannya ba’da Maghrib tadi di hadapan kurang lebih 600 da’i-da’i Ahlussunah dari seluruh Indonesia. Sebuah kalimat yang juga menghilangkan segenap letih perjalanan–sejauh 550 km dari Lombok ke Malang–yang telah kami tempuh.
***
Mendapat kesempatan pertama dalam memberikan sambutan, Syaikh Prof. Sindi membawakan wasiat yang dipetiknya dari ayat;
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ
_”Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu *tegakkanlah agama* dan *janganlah kamu berpecah belah di dalamnya*……”_ [QS. Asy-Syura: 13]
Bertolak dari ayat mulia tersebut, Syaikh Prof. Sindi menitikberatkan wasiatnya pada dua hal;
Tegakkanlah agama; pada diri pribadi, dan pada orang lain. Ini hanya mungkin terwujud dengan ilmu. Yaitu ilmu yang diwariskan dari Rasulullah ﷺ, berupa wahyu yang menjadi sumber hidayah bagi manusia. Itulah ilmu yang sesungguhnya:
وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
_”…dan jika aku mendapat petunjuk maka itu *disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku* kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha-dekat.”_ [QS. Saba’: 50]
Ilmu ini mulia nan agung. Kebutuhan kita terhadapnya, bersifat mutlak. Melukiskan keagungan ilmu kepada seluruh hadirin, Syaikh menukil ucapan Imam Ibnul Mubarak:
لا أعلم شيئا بعد النبوة أفضل من العلم
_”Aku tak tahu, ada sesuatu setelah kenabian yang lebih mulia daripada ilmu (yang diwariskan oleh Nabi)”_
Juga ungkapan Imam Ahmad bin Hambal:
حاجة الناس إلى العلم أعظم من حاجتهم إلى الطعام والشراب
_”Kebutuhan manusia pada ilmu, jauh lebih besar dibanding kebutuhan mereka pada makan dan minum”_
Selanjutnya ada 3 hal yang harus ada pada diri penuntut ilmu, agar ilmu memiliki kekuatan;
Pertama; ilmu harus dituntut secara bertahap, dari yang terpenting lalu yang penting, lalu cabang-cabangnya. Aqidah yang shahih, berikut amal yang shahih, adalah ilmu yang paling penting, kata Syaikh. Yaitu ilmu yang menghimpun Fiqhul Akbar (Aqidah yang shahih) dan Fiqhul Ashgar (amal yang shahih).
Kedua; hendaklah penuntut ilmu, dalam perjalanannya menuntut ilmu, bersungguh-sungguh dalam hal tahqiiq dan tadqiiq, mengkaji dan menggali ilmu itu secara mendalam, terperinci, dan menelitinya secara mengakar. Tidak hanya sebatas permukaan atau casing di luar saja.
Ketiga; mudzakarah atau mendiskusikan ulang ilmu yang telah didapat. Kata Syaikh;
حياة العلم مذاكرته
_”Hidupnya ilmu, adalah dengan me-mudzkarah-kannya”_
Demikianlah 3 faktor yang harus ada, agar ilmu yang dimaksud bisa menjadi penopang utama dalam upaya menegakkan agama pada pribadi dan pada orang lain melalui dakwah.
Kemudian Syaikh menutup wasiat beliau dari ayat yang beliau bacakan di awal:
Janganlah kalian berpecah belah…!! Pesan yang sering kali kita dengar. Bahkan berkali-kali kita membacanya dalam al-Qur’an, namun realita di medan dakwah, menuturkan kisah perpecahan yang pilu. Bahkan di antara sesama ahlussunah.
Syaikh menerangkan, kita tidak heran dengan perpecahan yang terjadi di tengah ahlul ahwaa’ dan ahlut tahazzub. Mereka tidak berdiri di atas pijakan yang sama, tidak di atas al-haq. Sehingga wajar jika berpecah belah. Namun yang aneh adalah; manakala Ahlussunah yang berpecah belah, padahal mereka meniti jalan al-haq yang satu.
Tidak lupa Syaikh menegaskan dan menekankan, bahwa persatuan yang hakiki adalah persatuan di atas al-haq, di atas Islam dan aqidah yang shahih.
***
Demikian sedikit Fawaid dari kalimat sambutan Syaikh Prof. Dr. Shalih Sindi yang bisa tertuang. Semoga ada manfaatnya. Wassalam.
________
Batu, 02072018
Muhibbukum fillaah
✍️ Abu Ziyan Johan Saputra Halim
Telegram: t.me/kristaliman
Web: alhujjah.com
Ditulis Ustadz Johan Saputra Halim حفظه الله تعالى.
Diterbitkan Jum’at, 3 Juli 2020 (Repost 2 Juli 2018)