Tujuan makhluk diciptakan adalah untuk merealisasikan tauhid.
Surga diciptakan untuk mereka yang bertauhid. Neraka dinyalakan untuk para penolak tauhid.
Semua Nabi dan Rasul, dakwah utama mereka adalah tauhid.
Tauhid adalah poros segenap kebaikan dan amal shalih.
Tanpa tauhid, amal shalih tak ada artinya, dan tak bisa disebut amal shalih.
Semakin kokoh tauhid, amal shalih akan semakin berbobot dan bernilai tinggi.
Keroposnya tauhid adalah penyebab kehancuran setiap umat dan peradaban mereka dari masa ke masa.
Allah mensyariatkan jihad, karena dakwah tauhid dihalang-halangi. Andai dakwah tauhid bebas masuk ke seluruh pelosok dunia, jihad perang tidak diperlukan.
Nabi Ya’qub menjelang wafatnya berwasiat kepada anak-anaknya akan tauhid.
Baginda Rasul juga demikian, beberapa hari menjelang wafat, mewanti-wanti akan kesyirikan (lawan dari tauhid).
al-Quran dari awal sampai akhir berporos dan bermuara pada ajaran tauhid.
Dengan tauhid, kita jadi manusia yang merdeka dari perbudakan makhluk apapun.
Jika tauhid baik, moral akan baik, semua sifat-sifat kebaikan akan berkumpul; kedisiplinan, kejujuran, kasih-sayang antar sesama muslim, kepedulian, amanah, optimisme, pantang nyerah, kesabaran, dll…. Semuanya akan terbentuk dengan tauhid.
Sebaliknya, semua teori akan kebaikan dan sifat-sifat yang mulia, hanya berlalu lalu sirna di atas kertas sebagai konsep tanpa ada wujudnya, jika tauhid tidak hidup dan selalu dipupuk. Ibarat jasad tanpa ruh. Hidup, tapi mati. Besar dan tampil wah, tapi kosong di dalam. Hanya kamuflase belaka.
Tanpa tauhid, semua sifat keburukan akan berkumpul menggerogoti; kesombongan, kedustaan, pesimisme, individualisme dan egoisme akut, kebencian, kemarahan, keputusasaan, dll, semua yang buruk akan datang merasuk di hati. Karena di dalamnya tidak ada tauhid.
Kalaupun ada orang yang tidak bertauhid namun “muamlahnya baik” pada sesama manusia, ketahuilah itu hanya kedustaan berjubah putih. Tetap saja hatinya rusak. Jika pada Pencipta-Nya saja hatinya tak mau tulus, apalagi kepada makhluk yang lain.
Dengan tauhid, hidup ini, -sesingkat apapun usia-, akan membawa arti dan selalu menginspirasi perubahan bagi orang lain.
Karena tauhid telah dilupakan, Allah mengutus Rasul pertama (Nuh ‘alaihissalam) lalu dilanjutkan dengan Rasul-Rasul yang lain, demi menyelamatkan anak-anak Adam yang tersesat dari Tauhid. Muhammad ﷺ, menjadi utusan yang terakhir, karena alam semesta sesaat lagi tutup usia. Tak akan ada lagi utusan Tuhan yang akan mengingatkan perihal Tauhid. Hanya tinggal al-Quran, Hadits-hadits Nabi, dan para ulama pewaris ilmu kenabian.
Dan masih banyak lagi alasan lain mengapa kita harus selalu mengulang-ulang bahasan tauhid. Andai bisa, pun segenap umur makhluk jika disatukan tak akan cukup memberi waktu untuk menuliskan; Kenapa Harus Tauhid.
Intinya, bahasan tauhid jika tidak terus dikaji ulang, *umat akan melupakannya,* dan sejarah menjadi saksi akan *kelupaan* tersebut. Itulah sebab mengapa di setiap umat Allah mengutus Rasul-Nya.
Terlebih di zaman ini, saat tak ada lagi Rasul yang akan diutus, dan ilmu agama semakin dimarginalkan. Jika umat sampai lalai dan lupa–lagi–akan tauhid, habislah kita. *Karenanya, tauhid harus selalu dikaji ulang untuk diamalkan*
Wallahu a’lam.
Ditulis Ustadz Johan Saputra Halim حفظه الله تعالى.
Diterbitkan Jum’at, 16 Oktober 2020