Al-Imam asy-Syafii mengatakan,
مَنِ اسْتُغْضِبَ فَلَمْ يَغْضَبْ فَهُوَ حِمَارٌ وَمَنِ اسْتُرْضِيَ فْلَمْ يَرْضَ فَهُوَ شَيْطَانٌ
*Siapa saja yang dipancing emosinya namun sama sekali tidak ada respon amarah, dia adalah keledai. Sebaliknya orang yang dibujuk-bujuk agar amarahnya mereda namun sama sekali tidak mereda, dia adalah setan* [Siyar A’lam an-Nubala’ 9/143].
Ada manusia yang berkarakter keledai dan ada juga yang berkarakter setan.
Manusia berkarakter keledai adalah orang yang sama sekali tidak punya amarah bahkan tetap senyum manis kepada orang yang mengolok-olok, mengejek, mencemooh dirinya, ayah dan ibunya, Nabi dan agamanya.
Tidak punya amarah adalah sifat yang tercela.
Mudah marah, marah karena hal sepele, tidak bisa mengontrol diri ketika marah juga sifat tercela.
Punya marah dan bisa mengontrolnya serta marah dalam hal-hal yang selayaknya direspon dengan marah adalah sifat mulia.
Marah ketika Nabi yang sangat dicintai dihina adalah sikap mulia.
Marah yang disalurkan dengan tindakan yang sejalan dengan ilmu dan sesuai dengan bimbingan ulama dalam kasus penghinaan Sang Nabi adalah sebuah energi positif.
Manusia berkarakter setan adalah orang yang tetap marah meledak-ledak selama berhari-hari padahal orang-orang di sekelilingnya sudah maksimal membujuk dan merayu agar emosinya kembali stabil.
Status Ustadz Aris Munandar, SS, MPI حفظه الله تعالى.
Diterbitkan Jumat, 30 Oktober 2020
Link:https://www.facebook.com/113425948700379/posts/3521725841203689/?app=fbl