Hidayah itu Allah yang Memberikan

Keikhlasan dan ketakwaan seseorang, memang sangat mempengaruhi diterimanya dakwah dan nasehatnya.

Tapi, jangan sampai kaidah ini dibalik, jangan sampai kita beranggapan bahwa jika pendengarnya tidak tersentuh oleh nasehatnya, berarti ustadznya kurang ikhlas atau minim takwa saat menyampaikan ilmunya.

Mengapa demikian?

Karena Allah-lah yang berkehendak memberikan hidayah, sebagaimana firman-Nya (yang artinya):

“Sungguh kamu (Muhammad), tidak akan mampu memberikan hidayah kepada orang yang kau cintai, namun Allah-lah yang mampu memberikan hidayah kepada siapapun yang Dia kehendaki”. [Al-Qashash: 56].

Dan Allah bisa saja berkehendak tidak memberikan hidayah kepada suatu kaum yang telah dinasehati oleh seorang pendakwah yang super ikhlasnya dan tinggi takwanya.

Diantara bukti yang sangat kuat dalam masalah ini adalah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam berikut ini:

“Telah ditampakkan kepadaku seluruh umat manusia, maka akupun melihat seorang nabi; bersamanya sekelompok orang, (kulihat juga) seorang nabi; bersamanya satu dua orang, (bahkan aku melihat) ada seorang nabi; yang tidak satu pun orang bersamanya” [HR. Muslim: 374].

Lihatlah, di sana ada seorang NABI yang dakwah dan nasehatnya tidak diterima oleh umatnya sama sekali, mungkinkah kita katakan ada nabi yang kurang ikhlas, atau minim takwa?! Tentunya tidak.

Pintu husnuzhon harusnya kita buka lebih lebar, daripada pintu suuzhon apalagi bila sasarannya adalah pendakwah yang terlihat baik dan saleh, wallohu a’lam.

Semoga bermanfaat dan silahkan dishare.

 

 

Ditulis Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى.

Diterbitkan Kamis, 8 Desember 2016

Link: httapis://www.facebook.com/addariny.abuabdillah