Dari shahabat Nabi bernama *Jabir*, Nabi bersabda,
لَوْ أنَّ ابنَ آدمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يهرُبُ مِنْ المَوْتِ ، لأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ
*Andai manusia lari menjauhi jatah rizkinya sebagaimana lari ketakutan karena sebab kematian niscaya jatah rizkinya akan mengejar dirinya sebagaimana kematian mengejarnya* [HR Abu Nu’aim dalam al-Hilyah dinilai hasan dalam ash-Shahihah nomor 952].
Allah berjanji menjamin rizki hamba-hamba-Nya, QS Hud: 06.
Allah pun bersumpah bahwa Allah mencukupi rizki hamba-hamba-Nya, QS adz-Dzariyat: 22.
Allah pun memerintahkan kita untuk tawakkal kepada-Nya terkait rizki. Allah berjanji bahwa siapa yang bertawakal akan Allah cukupi.
Siapa saja yang tidak merasakan kemantapan hati dengan jaminan Allah, tidak merasa puas dengan sumpah Allah serta tidak peduli dengan perintah dan janji Allah sungguh termasuk orang yang celaka.
Seorang muslim adalah sosok yang optimis. Selama masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menghirup napas artinya jatah rizki yang Allah tetapkan belum habis.
Seorang itu tidak akan mati sampai habis jatah rizkinya.
Status Ustadz Aris Munandar, SS, MPI حفظه الله تعالى.
Diterbitkan Sabtu, 24 Oktober 2020
Link:https://www.facebook.com/113425948700379/posts/3504879946221612/?app=fbl