Amalan-Amalan yang Dianjurkan Pada Bulan Muharram

Di antara amalan yang dianjurkan pada bulan Muharram adalah sebagai berikut:
1. Memperbanyak amal shalih pada bulan Muharram, karena Allah akan memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang beramal shalih pada bulan tersebut.
2. Tidak berbuat dzalim pada bulan ini, baik yang kecil maupun yang besar
Allah berfirman:
… فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ
“…maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu.”(QS. at-Taubah: 36)
Rasulullah shalallahu alaihi wassallam bersabda:
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Takutlah kalian terhadap kedhaliman, karena sesungguhnya kedhaliman adalah kegelapan-kegelapan pada hari kiamat”. (HR. Muslim dan lainnya)
3. Memperbanyak puasa pada bulan Muharram
Dari Abu Hurairah radiallahuanhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ. وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku…” (HR. Muslim)
Nabi shalallahu alaihi wassallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 1163)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Adapun ibadah sunnah yang bersifat mutlak, maka yang paling utama adalah berpuasa pada bulan-bulan hurum… dan puasa pada bulan-bulan hurum yang paling utama adalah puasa pada bulan Muharram”.
4. Melaksanakan puasa pada hari ‘Asyura (tanggal 10 Muharram)
Diperintahkannya puasa ‘Asyura karena didalamnya terkandung banyak keutamaan, diantaranya:
▪︎Menghapus dosa satu tahun yang lalu
Nabi shalallahu alaihi wassallam bersabda:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 1162)
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Puasa hari ‘Asyura dapat menghapuskan seluruh dosa-dosa kecil, selain dosa-dosa besar dan sebagai kafarrah dosa satu tahun.” (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, juz. 6)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Dihapuskan dosa-dosa dengan thaharah, shalat, puasa di bulan Ramadhan, puasa hari ‘Arafah, dan puasa hari ‘Asyura, semuanya untuk dosa-dosa yang kecil.” (Lihat. Al-Fatawa al-Kubra, juz. 5)
▪︎Nabi shalallahu alaihi wassallam sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari itu
Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma, ia berkata:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
“Aku tidak pernah melihat Nabi shalallahu alaihi wassallam sengaja berpuasa pada suatu hari yang lebih beliau istimewakan atas hari-hari yang lain, kecuali hari ini, yaitu hari ‘Asyura, dan bulan ini, yakni bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dalam Shahihnya no. 2006 dan Muslim dalam Shahihnya no. 1132)
▪︎Puasa ‘Asyura dahulu diwajibkan
Dahulu puasa ‘Asyura diwajibkan sebelum turunnya kewajiban puasa Ramadhan. Hal ini menujukkan keutamaan puasa ‘Asyura pada awal perkaranya.
Ibnu Umar radiallahuanhuma berkata:
صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ
“Nabi shalallahu alaihi wassallam dahulu puasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia agar berpuasa pula. Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura ditinggalkan”. (HR. Bukhari dalam Shahihnya no. 1892 dan Muslim dalam Shahihnya no. 1126)
Namun puasa Asyura tetap disunnahkan berdasarkan Ijma para ulama sebagaiman yang telah dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitab Fat’h al-Baari (7/437).
5. Sangat ditekankan melaksanakan puasa pada tanggal 9 Muharram dalam rangka menyelisihi orang Yahudi dan Nshrani.
Ibnu Abbas radiallahianhuma berkata:
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Ketika Nabi shalallahu alaihi wassallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, ‘Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.’ Lantas beliau mengatakan, ‘Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.’ Ibnu Abbas radiallahuanhuma mengatakan, ‘Belum sampai tahun depan, Rasulullah shalallahu alaihi wassallam sudah keburu meninggal dunia”. (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 1134)
Status Ustadz Amir As-Soronji, Lc., M.Pd.I
diterbitkan pada 17 Agustus 2021

https://www.facebook.com/UstadzAmirAsSoronji/posts/387822869424346